Tuesday, October 16, 2012

The Power Of Giving_Part I

“Bangsa Pintar Memberi, Bangsa Bodoh Meminta”

Iseng diantara buku-buku lama saya mengambil sebuah buku yang sepertinya belum pernah terbaca, atau lebih tepatnya malah belum pernah tersentuh. Judulnya "MENJADI BANGSA PINTAR" Karangan dari Heppy Trenggono. Putra bangsa pencetus dan sekaligus memimpin sebuah perkumpulan yang dinamakan “Gerakan Beli Indonesia”. Perlembar dari halaman  pertama sampai halaman kelima belum saya temukan hal yang menarik dari buku ini.



Saya ulangi lagi, karena setelah dua sampai tiga kali di buka lembar perlembarnya biasanya itu awal saya menemukan feelnya (repot amat!). Dan ternyata,  setelah keempat kalinyalah akhirnya saya tetap saja tidak menemukan feelnya he.he.he

OK..cukup nulis gak pentingnya. Sedikit serius
Di subjudul terdapat sebuah kalimat. Kalimat dari salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Yup!..Presiden Soekarno. Beliau berwejang 
“Bangsa Pintar Memberi, Bangsa Bodoh meminta”

……….

Sebelumnya tulisan ini saya tulis dengan tujuan ingin mengajak saya sendiri khususnya, dan kawan-kawan pembaca secara umum agar jiwa give_nya semakin ditumbuhkan. Agar kita tidak anti atau tidak malas dengan kata “memberi” atau istilahnya "sedekah"


Niatan saya kali ini hanya untuk memotivasi diri saya sendiri yang mana ternyata dari berbagai sumber yang terbaca bahwa ada sebuah kekuatan dahsyat ketika kita membudayakan untuk senantiasa memberi, atau istilah lain boleh dikatakan berbagi, boleh juga dibilang sedekah. Apapun itu ketika masih dalam konteks kebaikan ternyata bisa menimbulkan sebuah efek luar biasa, baik ke kita, maupun orang lain.

Semoga dapat menikmati…

Udah ah curcolnya :p

……

Kembali ke buku yang ada ditangan. 
Beberapa halamannya menjelaskan tentang perbandingan bangsa yang pintar dan bangsa yang bodoh. Salah satunya yang membedakan adalah mental, yang mana mental para bangsa pecundang hanyalah meminta, jangan protes dulu, karena meminta dalam hal ini adalah keterusan untuk meminta, dikasihani, dan kebergantungan kepada orang lain. Bukan meminta layaknya meminta hak atau meminta tolong dalam porsi yang saya yakin kalian memahaminya, tapi konteks meminta dalam arti ini adalah meminta keterusan, ingin dikasihani, dan menjadi kebergantungan. Saya yakinkita faham.


Ok..ok.. kalau tetap tidak faham tidak perlu demo, sedikit saya contohkan dalam sebuah kasus nyata. (Btw...kalaupun faham tolonglah pura-pura tidak faham ya, agar saya puas ngejelasinnya he.he)


Lembaran-lembaran dalam buku itu menjelaskan bahwa meminta yang akan membodohkan dan membuat mental bangsa menjadi mental tempe salah satunya adalah HUTANG. Penulis yang sekarang menjabat sebagai Presiden Forum Bisnis Muslim (IIBF) ini juga menyimpulkan ketergantungan Indonesia akan hutang sebenarnya membuat bangsa ini akan menjadi bodoh dan bermental kacang.


Nah…apalagi ini? 
Habis mental tempe lanjut dengan mental kacang. Tidak masalah ya, itu hanya sebuah penggambaran kalau tempe dan kacang adalah penyebutan untuk yang bermental lemah, jangan tanya kenapa kacang dan tempe! Masa harus saya tulis bermental ayam goreng dan apel? Kan lebih aneh!

Mari kita lanjut. Kalau para pemimpinnya saja sudah mencandu untuk meminta, maka bagaimana dengan rakyatnya? Maka tidak aneh ketika bangsa ini kesulitan membeli tempe, eh… maksudnya disebut bangsa tempe.

Beliau juga mencontohkan beberapa bangsa yang sangat menghindari ketergantungan meminta seperti Jepang dan Venezuela. 

Jepang memang pernah menghutang dalam jumlah besar, tapi itu terjadi karena adanya dua bom yang menghancurkan dua kota besar kebanggaan mereka, Nagasaki dan Hirosima saat PD II pada tahun 1945, tapi dengan kuatnya jiwa samurai yang ada pada sumber daya manusianya, saat berhutang merekapun sudah bermimpi dan bertarget untuk melunasi dan menjadi bangsa besar, maka tak kaget ketika 16 tahun kemudian cicilan sudah mulai dibayarkan dan tepat 30 tahun setelah pengeboman di dua kota itu bangsa ini sudah bisa melunasi, bahkan 2 tahun setelah pelunasan sudah menjadi Negara pendonor terbesar di Dunia.

Dan sekarang?? Siapa yang tidak mengakui kontribusinya terhadap dunia dalam memberikan sumbangan ilmu dan produk terbesar dalam hal elektronik.
jepang negara yang anti meminta-minta ddalamkeadaan apapun
Hampir sama dengan Venezuela. Dengan niat menjadi bangsa yang dapat berkontribusi dan tidak terus meminta, mereka dengan Presiden yang sangat dicintai bangsanya, Hugo Chaves memutuskan keluar dari IMF (International Monetary Found) atau dalam bahasa sederhana organisasi internasional yang suka minjamin uang. Keputusan itu karena sang presiden sangat memahami akar dari meminta dan ketergantungan adalah menghutang dan merasa nyaman dengan hutang-hutang itu. Dengan langkah pasti setelah hutang terlunasi, sang presiden akhirnya mantap untuk keluar dari IMF dan Bank Dunia. Apa yang terjadi kemudian? Argentina pun menjadi Negara pertama yang dibantu untuk melunasi hutang-hutang IMF dan sekarang berkomitmen untuk ganti berusaha menyelesaikan permasalahan ekuador yang berhubungan juga dengan hutang ke IMF.

Inilah yang saya maksud dan contohkan, para pelaku utama dalam lakon kesuksesan yang sulit untuk diterima logika adalah orang-orang yang meninggalkan sifat ketergantungan meminta, keterusan atau apapun sebutannya. Mereka bangsa-bangsa yang mempunyai mimpi dan mental untuk memberi, berkontribusi, dan berbagi. Dan jadilah mereka bangsa yang kuat.

Huuuuuuuuuft…cukup membosankan ya? he.he. 

Mari sedikit duduk merendahkan diri sambil mengevaluasi seraya mendengar sebuah wejangan dari manusia terbaik ciptaanNya

“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong dagingpun di wajahnya”

Sebuah kalimat  dari Rasul Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra tentu tidak boleh disangkal dan harus dilaksanakan. Apalagi kita, umat yang jelas jelas mengatakan aku bersaksi bahwa engkau adalah rasul Allah!


Sekarang saya tanya…lebih dahsyat dan power mana antara memberi dan meminta..?

Next : The Power Of Giving_Part II

No comments:

Post a Comment

apa saran anda?