Saat merangkai
kata dalam kertas yang berhubungan dengan nasehat, apapun judulnya ada satu hal
yang sering membuat saya kadang kesulitan.
- Bukan tentang apa yang akan ditulis, karena materi sudah berjimbun di otak.
- Bukan berupa model tulisan, karena saya memang punya cara sendiri untuk menulis.
- Bukan juga sisi menarik atau tidaknya, karena tulisan saya memang tidak pernah menarik, ada saatnya menarik sih, kalau saya sendiri yang menilai he.he GR.
Yang membuat saya kesulitan (bahkan sampai kadang tidak jadi menulis) adalah melakukannya!. Ragu-ragu menulis karena nanti takut dibilang “omong tok”.
- Bukan tentang apa yang akan ditulis, karena materi sudah berjimbun di otak.
- Bukan berupa model tulisan, karena saya memang punya cara sendiri untuk menulis.
- Bukan juga sisi menarik atau tidaknya, karena tulisan saya memang tidak pernah menarik, ada saatnya menarik sih, kalau saya sendiri yang menilai he.he GR.
Yang membuat saya kesulitan (bahkan sampai kadang tidak jadi menulis) adalah melakukannya!. Ragu-ragu menulis karena nanti takut dibilang “omong tok”.
Ya....omong tok
(hanya bicara doang). Kadang nasehat kita terantuk tembok yang bernama “saya
belum pantas” yang akhirnya berbalik deh menjadi tidak berani memberi nasehat,
entah dengan ucapan maupun tulisan hanya karena kita belum melakukannya.
Apalagi bila dihadapkan dengan firmanNya di surat Al baqarah ayat empat yang
katanya ditunjukkan untuk orang yahudi “ Apakah kamu menyuruh manusia untuk
berbuat baik, dan kau melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab,
apakah kamu tidak berpikir “ ( Qs Al Baqarah : 44 ).
Jiah,,,,makin
berat untuk menasehati.
Dari situlah
tulisan-tulisan saya memang saya buat sedemikian rupa agar terlihat sederhana
dan nantinya bila orang membaca maka pembaca akan mudah berkesimpulan bahwa orang
yang menulis nantinya bisa melakukan dikarenakan memang mudah untuk dilakukan.
Memang mungkin sedikit salah juga sih. Tapi biarlah, sedikit salah yang penting
banyak benarnya he.he.he.
Bercanda kok.
Tapi seharusnya
berani lebih untuk pesan-pesannya. Lebih? Ya..doakan saja ya tidak itu itu yang
saya bisa melulu yang saya nasehatkan.
...................................................
Aku tersenyum dan
berkata
Jika tiap
kesalahan kita dipertimbangkan
Sungguh di dunia
ini tak ada lagi
Orang yang layak
memberi nasehat
Memang merupakan
kesalahan
Jika kita terus
saja saling menasehati
Tapi dalam diri
tak ada hasrat untuk berbenah
Dan menjadi lebih
baik lagi di tiap bilangan hari
Tapi adalah
kesalahan juga
Jika dalam ukhuwah
tak ada saling menasehati
Hanya karena kita
berselimut baik sangka kepada saudara
Dan adalah
kesalahan terbesar
Jika kita enggan
saling menasehati
Hanya agar kita
sendiri tetap
Merasa nyaman
berkawan kesalahan
Salim.A.Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang
Masalah tulis
menulis ni...... Kawan saya pernah bertanya "Kamu kalau ketemu jarang ngasi nasehat, padahal ku buka FB dan statusmu banyak nasehat-nasehat. Tau kagak Sudah tulisannya jelek, kagak jelas lagi. :P"
Yaaaa...alasannya sih ada dua.
Yang pertama mudah diedit. Jelaslah, andai menasehati lewat kata-kata ucapan apalagi untuk orang yang sangat kurang ilmu seperti saya biasanya akan mudah salah. Parahnya jangan-jangan malah salah-salah, efeknya akan sulit bila merangkai kata lagi untuk membenarkannya (maksudnya saya, saya lho ya!).
Kesimpulannya sih...kalau lewat tulisan maka akan lebih mudah pengeditannya.
Yang kedua nasehat via tulisan tidak akan mudah hilang. Kan kesimpen hehehehe. Selain itu juga akan mudah untuk diingat-ingat. Tidak percaya? Coba saja misalkan ada yang menjelaskan ilmu, tentu lebih mudah diingat bila dengan tulisan. Kalau lupa....ya bakar itu kertas campur air terus minum dah hehe. Bukanlah...kalau lupa ya tinggal buka lagi tulisannya dan dibaca. Iya kan? Iya kan?
Yaaaa...alasannya sih ada dua.
Yang pertama mudah diedit. Jelaslah, andai menasehati lewat kata-kata ucapan apalagi untuk orang yang sangat kurang ilmu seperti saya biasanya akan mudah salah. Parahnya jangan-jangan malah salah-salah, efeknya akan sulit bila merangkai kata lagi untuk membenarkannya (maksudnya saya, saya lho ya!).
Kesimpulannya sih...kalau lewat tulisan maka akan lebih mudah pengeditannya.
Yang kedua nasehat via tulisan tidak akan mudah hilang. Kan kesimpen hehehehe. Selain itu juga akan mudah untuk diingat-ingat. Tidak percaya? Coba saja misalkan ada yang menjelaskan ilmu, tentu lebih mudah diingat bila dengan tulisan. Kalau lupa....ya bakar itu kertas campur air terus minum dah hehe. Bukanlah...kalau lupa ya tinggal buka lagi tulisannya dan dibaca. Iya kan? Iya kan?
Sederhanya, dengan
tulisan, apa yang kita nasehatkan akan lebih efektif, mudah teringat, dan tidak
akan mudah hilang. Terlalu sederhana ya? Biarin..yang sederhana banyak yang cari hehehe
Kemudian lanjut
pertanyaannya, “bagaimana bila kita tidak bisa melakukan apa yang kita
nasehatkan atau tuliskan?”
...........................................................................
Sebuah percakapan si kaya dan si miskin
“Pak mohon
sedekahnya, saya kelaparan”
“Ntar deh.
Sekarang hati saya belum ikhlas”
“Waduh tolonglah
pak. Saya hampir sekarat nih!”
“Yah gimana lagi.
Hati saya belum ikhlas. Ntar sedekah saya jadi sia-sia”
Saya yakin si orang kaya itu sampai lebaran monyetpun mungkin tidak akan mau bersedekah. Iya...Mungkin karena masalah keikhlasan juga, dan paling mungkin karena tidak mau memulainya.
Maksudnya?
Begini, memang
sangat penting kita ikhlas dalam beramal. Tapi tidak terus harus ikhlas dulu
baru sedekah. Lah.....sampai kapan mas, mbak beramalnya kalau nunggu ikhlas?
Bila dibandingkan,
sedekah yang tidak ikhlaspun bisa lebih baik lho. Masa? Iyalah..bila
pembandingannya dengan yang tidak mau bersedekah sama sekali. Bayangkan,
andaipun kita tidak ikhlas namun yang kita berikan nantinya bisa membuat orang
senang, digunakannya untuk menghidupi keluarganya digunakan de el el untuk yang
baik-baik.. nah...lebih baik kan?
Daripada yang ndebatin ikhlas tapi akhir-akhirnnya juga tidak dilakuin-dilakuin juga. Tentulah yang paling-paling penting dengan bertahap semoga suatu saat keikhlasan ada pada diri kita walaupun sebenarnya memang hanya Tuhanlah yang tahu masalah keihklasan. Aaaamiiiiin
Daripada yang ndebatin ikhlas tapi akhir-akhirnnya juga tidak dilakuin-dilakuin juga. Tentulah yang paling-paling penting dengan bertahap semoga suatu saat keikhlasan ada pada diri kita walaupun sebenarnya memang hanya Tuhanlah yang tahu masalah keihklasan. Aaaamiiiiin
Nah lho malah bahas ikhlas...macam sudah faham saja!!.
Maaf...habisnya
agak berkaitan.
Begitu juga dengan
sebuah nasehat entah dalam bentuk apapun (saya sarankan lewat tulisan saja ya).
Kalau kita menunggu kita jadi orang bener dahulu, bijaksana dulu, apalagi
nunggu sempurna dulu sampai tidak ada salahnya... “Sungguh di dunia ini tak ada
lagi orang yang layak memberi nasehat”
Ya jelas..mana
ada?
Berikanlah nasehat
bahkan ketika kita sendiri sebenarnya belum sampai ke level yang kita jelaskan.
Memang mungkin bakal timbul sedikit kontra. Tapi yaaa sekali-kali balas
reaksinya dengan emang gue pikirin. Janganlah terus-terusan bersuudzon dengan
berfikir orang akan meng”omong tok”kan kita.
Ada saatnya dan ada baiknya kita tambah terus dengan nutrisi husnudzon bahwa apa yang kita berikan (nasehat) semoga nantinya akan bermanfaat, memotivasi, dan siapa tahu semoga menyelesaikan masalah untuk orang banyak, bahkan ketika saat itu kita sendiri sebenarnya juga belum bisa melaksanakan. Dan terlebih penting marilah bersama-sama untuk memulai belajar menaati dan melakukan hal-hal yang kita nasehatkan. Sekali lagi,bagian terakir ini sangat penting!
Ada saatnya dan ada baiknya kita tambah terus dengan nutrisi husnudzon bahwa apa yang kita berikan (nasehat) semoga nantinya akan bermanfaat, memotivasi, dan siapa tahu semoga menyelesaikan masalah untuk orang banyak, bahkan ketika saat itu kita sendiri sebenarnya juga belum bisa melaksanakan. Dan terlebih penting marilah bersama-sama untuk memulai belajar menaati dan melakukan hal-hal yang kita nasehatkan. Sekali lagi,bagian terakir ini sangat penting!
......................................................
Tersebutlah
seorang pelajar. Dulunya kejahatan dalam proses mencari ilmu hampir selalu dia
lakukan. Mencontek, ngerpek, bawa buku pas ujian, dan efek terbesarnya adalah
tidak mau belajar karena dia berfikir tidak ada gunanya belajar bila nantinya
pada atau tetap mencontek dsb. Semenjak dia mendapat amanah untuk mengharuskan
lebih jujur mau tidak mau terpaksa melakukan. Pertama berat, karena kalau tidak
belajar dijamin hancurlah nilainya.
Selanjutnya dia mulai biasa melakukan walau kadang masih tidak PD karena keinginan untuk mencontek dan sebagainya masih terus menggodanya. Namun lama-lama akhirnya dia terbiasa melakukan. Dan subhanallahnya nilai akhirnya ketika diakumulatifkan ternyata melebihi targetnya, bahkan dia tidak mengira nilainya setinggi itu.
Selanjutnya dia mulai biasa melakukan walau kadang masih tidak PD karena keinginan untuk mencontek dan sebagainya masih terus menggodanya. Namun lama-lama akhirnya dia terbiasa melakukan. Dan subhanallahnya nilai akhirnya ketika diakumulatifkan ternyata melebihi targetnya, bahkan dia tidak mengira nilainya setinggi itu.
Rahasianya
ternyata adalah sesudah dia memang berniat, kemudian mengajak dan menasehati
kawan-kawannya. Ya tentu sambutan ejekan dan ketawaan kawan-kawannyalah yang
didapat. Jelas, karena awalnya suka melakukan hal itu, mencontek dsb, eh
tiba-tiba malah menasehati bahwa hal tersebut tidak baik. Tetapi ternyata
tertawaan & ejekan itu formula manjurnya.
Ehm......
Ternyata dari
ejekan dan tertawaan muncul setitik cahaya hati untuk membuktikan bahwa diapun
bisa, bahwa dia tidak hanya omong tok, bahwa dia tidak bisa diremehkan
(yaa,,,,walau niatnya memang baru sebatas karena amanah mengahruskannya seperti
itu sih) Memang ada benarnya juga sih. Boleh seribu kali ente tonjokin ane,
tapi tak akan bisa sekalipun ente remehin ane.
Sekalipun tidak
bisa, tapi berkali kali jangan jangan malah bisa hehehe.
Maaf bercanda
lagi. Ya....orang tidak akan suka diremehkan.Tidak percaya? Tanya seratus
orang, saya yakin tidak lebih dari sepuluh orang yang mau diremehin.
Lalu apa yang
dikerjakan setelah ejekan itu hadir? Ya jelas dia terpaksa dan memaksa dirinya
untuk belajar. Kita doakan saja semoga dia mampu istiqomah.
Terpaksa – Biasa –
Terbiasa
Walaupun belum
sempurna metode itu, namun mungkin ada benarnya juga.
1.Berikanlah nasehat terbaik kita saat kita pun belum bisa melaksanakan.
1.Berikanlah nasehat terbaik kita saat kita pun belum bisa melaksanakan.
2.Mulailah belajar menerapkan apa yang kita
nasehatkan dalam keseharian kita.
Hal yang menurut
saya ini ternyata sedikit sama dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh As Sa’di
rahimahullah yang menerangkan mengenai surat Al Baqarah ayat 44 yang tadi saya
tulis di atas, beliau berkata sebagaimana yang saya copy dari Jadilah Pelopor
Kebaikan Sebelum Mengajak yang Lain — Muslim.Or.Id
“Ayat tersebut
tidaklah menerangkan bahwa seseorang yang tidak dapat melaksanakan kebajikan,
maka ia tidak boleh beramar ma’ruf atau ia tidak boleh melarang kemungkaran
yang masih ia terjang. Karena jika ia tidak beramal dan tidak mengajak orang
lain, maka ia tercela karena meninggalkan dua kewajiban. Ketahuilah bahwa
manusia memiliki dua kewajiban, yaitu
(1) mengajak orang lain pada kebaikan atau melarang dari kemungkaran, dan..
(2) memerintahkan diri sendiri untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Jika tidak bisa melakukan salah satunya, maka tidak boleh meninggalkan yang lainnya. Dikatakan sempurna jika sudah melaksanakan dua kewajiban tersebut (yaitu beramal dan berdakwah).
Dan jika meninggalkan dua-duanya, maka itu menunjukkan cacat yang sempurna. Sedangkan jika mampu melaksanakan satu kewajiban, maka ia tidak berada di martabat yang utama, masih di bawahnya” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 51).
(1) mengajak orang lain pada kebaikan atau melarang dari kemungkaran, dan..
(2) memerintahkan diri sendiri untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Jika tidak bisa melakukan salah satunya, maka tidak boleh meninggalkan yang lainnya. Dikatakan sempurna jika sudah melaksanakan dua kewajiban tersebut (yaitu beramal dan berdakwah).
Dan jika meninggalkan dua-duanya, maka itu menunjukkan cacat yang sempurna. Sedangkan jika mampu melaksanakan satu kewajiban, maka ia tidak berada di martabat yang utama, masih di bawahnya” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 51).
Hehehe syukurlah
ada benarnya ternyata
Selalulah
menasehati untuk kebaikan, namun mulailah belajar untuk menerapkan apa yang
kita katakan. Jadilah murid-murid yang juga mau belajar dari nasehat kita
sendiri.
Menjawab
pertanyaan yang belum terjawab. Kemudian
lanjut pertanyaannya, “bagaimana bila kita tidak bisa melakukan apa yang kita
nasehatkan atau tuliskan?”
Tetaplah tulis,
dan saat itu juga mulailah menjadi murid atas tulisanmu sendiri.
..............................
30 menit kemudian
..............................
Jarang-jarang saya
menulis dan tidak tahu harus memberi judul apa, mungkin karena ngebuatnya bakda
shubuh, jadi ya ngantuknya ini yang buat males mikir. Padahal katanya rezeki
itu banyak turunnya di pagi hari. Jangan-jangan ngantuk ini rezeki kali ya, lalu
tidur pulas juga rezeki, kan banyak orang tidak bisa tidur.
Tentu lah bukan
rezeki ngantuk yang dimaksud, anak kecil mah juga tahu. Tapi begitu kantuk ini
terasa malah jadi bingung sendiri karena teringat pernah membuat status “tidak
sehat tidur di pagi hari”. Nah lho...ya sudah tidak perlu saya ceritakan yang
mana yang saya pilih, tetap melek atau Zzzzzzzz biarlah saya & Tuhan saya
saja yang tahu.
Yang jelas apapun
itu semua semua dan semua yang pernah tertulis, belumlah menandakan bahwa saya
bisa. Saya cuma tertarik saja bagaimana cara memulainya. Ehm,,,harapannya kalau
sudah saya tulis, kalian baca, lalu melihat saya tidak melakukan biar nantinya kalian
yang mengingatkan, hehe. Tidak masalah kan?
Tertanam sebuah
mimpi yang tumbuh menjadi janji untuk membuat sesuatu yang tertulis untuk hal
baik yang selama ini sangat sulit untuk dilakukan. Sepertinya hampir mustahil
sih, sepertinya juga sangat sulit.
Iya,,hampir
mustahil, tapi tidak berarti tidak mungkin.
Iya,,sangat sulit,
tapi tidak berarti tidak bisa terlewati.
Nanti suatu saat
tunggu saja, sambil mengingat hal yang baik yang sulit dilakukan, biarlah
bertahap untuk menjadi murid yang baik dari tulisan-tulisan saya sendiri.
(daripada pusing
kasih saja judulnya menjadi murid dari tulisan sendiri hehe. Selamat pagi siang ataupun malam,
Selalu Semangat)
No comments:
Post a Comment
apa saran anda?