Friday, August 3, 2012

Menjadi Murid Dari Tulisan Sendiri




Saat merangkai kata dalam kertas yang berhubungan dengan nasehat, apapun judulnya ada satu hal yang sering membuat saya kadang kesulitan. 
- Bukan tentang apa yang akan ditulis, karena materi sudah berjimbun di otak. 


- Bukan berupa model tulisan, karena saya memang punya cara sendiri untuk menulis. 
- Bukan juga sisi menarik atau tidaknya, karena tulisan saya memang tidak pernah menarik, ada saatnya menarik sih, kalau saya sendiri yang menilai he.he GR. 

Yang membuat saya kesulitan (bahkan sampai kadang tidak jadi menulis) adalah melakukannya!. Ragu-ragu menulis karena nanti  takut dibilang “omong tok”.

Ya....omong tok (hanya bicara doang). Kadang nasehat kita terantuk tembok yang bernama “saya belum pantas” yang akhirnya berbalik deh menjadi tidak berani memberi nasehat, entah dengan ucapan maupun tulisan hanya karena kita belum melakukannya. Apalagi bila dihadapkan dengan firmanNya di surat Al baqarah ayat empat yang katanya ditunjukkan untuk orang yahudi “ Apakah kamu menyuruh manusia untuk berbuat baik, dan kau melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab, apakah kamu tidak berpikir “ ( Qs Al Baqarah : 44 ).
Jiah,,,,makin berat untuk menasehati.

Dari situlah tulisan-tulisan saya memang saya buat sedemikian rupa agar terlihat sederhana dan nantinya bila orang membaca maka pembaca akan mudah berkesimpulan bahwa orang yang menulis nantinya bisa melakukan dikarenakan memang mudah untuk dilakukan. Memang mungkin sedikit salah juga sih. Tapi biarlah, sedikit salah yang penting banyak benarnya he.he.he.
Bercanda kok.

Tapi seharusnya berani lebih untuk pesan-pesannya. Lebih? Ya..doakan saja ya tidak itu itu yang saya bisa melulu yang saya nasehatkan.

...................................................

Aku tersenyum dan berkata
Jika tiap kesalahan kita dipertimbangkan
Sungguh di dunia ini tak ada lagi
Orang yang layak memberi nasehat

Memang merupakan kesalahan
Jika kita terus saja saling menasehati
Tapi dalam diri tak ada hasrat untuk berbenah
Dan menjadi lebih baik lagi di tiap bilangan hari

Tapi adalah kesalahan juga
Jika dalam ukhuwah tak ada saling menasehati
Hanya karena kita berselimut baik sangka kepada saudara

Dan adalah kesalahan terbesar
Jika kita enggan saling menasehati
Hanya agar kita sendiri tetap
Merasa nyaman berkawan kesalahan
Salim.A.Fillah dalam Jalan Cinta Para Pejuang

Masalah tulis menulis ni...... Kawan saya pernah bertanya "Kamu kalau ketemu jarang ngasi nasehat, padahal ku buka FB dan statusmu banyak nasehat-nasehat. Tau kagak Sudah tulisannya jelek, kagak jelas lagi. :P"

Yaaaa...alasannya sih ada dua. 

Yang pertama mudah diedit. Jelaslah, andai menasehati lewat kata-kata ucapan apalagi untuk orang yang sangat kurang ilmu seperti saya biasanya akan mudah salah. Parahnya jangan-jangan malah salah-salah, efeknya akan sulit bila merangkai kata lagi untuk membenarkannya (maksudnya saya, saya lho ya!). 

Kesimpulannya sih...kalau lewat tulisan maka akan lebih mudah pengeditannya. 

Yang kedua nasehat via tulisan tidak akan mudah hilang. Kan kesimpen hehehehe. Selain itu juga akan mudah untuk diingat-ingat. Tidak percaya? Coba saja misalkan ada yang menjelaskan ilmu, tentu lebih mudah diingat bila dengan tulisan. Kalau lupa....ya bakar itu kertas campur air terus minum dah hehe. Bukanlah...kalau lupa ya tinggal buka lagi tulisannya dan dibaca. Iya kan? Iya kan?
selain tidak lupa, menulis dapat dibaca orang lain

Sederhanya, dengan tulisan, apa yang kita nasehatkan akan lebih efektif, mudah teringat, dan tidak akan mudah hilang. Terlalu sederhana ya? Biarin..yang sederhana banyak yang cari hehehe
Kemudian lanjut pertanyaannya, “bagaimana bila kita tidak bisa melakukan apa yang kita nasehatkan atau tuliskan?”

...........................................................................

 Sebuah percakapan si kaya dan si miskin

“Pak mohon sedekahnya, saya kelaparan”
“Ntar deh. Sekarang hati saya belum ikhlas”
“Waduh tolonglah pak. Saya hampir sekarat nih!”
“Yah gimana lagi. Hati saya belum ikhlas. Ntar sedekah saya jadi sia-sia”

Saya yakin si orang kaya itu sampai lebaran monyetpun mungkin tidak akan mau bersedekah. Iya...Mungkin karena masalah keikhlasan juga, dan paling mungkin karena tidak mau memulainya.
Maksudnya?

Begini, memang sangat penting kita ikhlas dalam beramal. Tapi tidak terus harus ikhlas dulu baru sedekah. Lah.....sampai kapan mas, mbak beramalnya kalau nunggu ikhlas?
Bila dibandingkan, sedekah yang tidak ikhlaspun bisa lebih baik lho. Masa? Iyalah..bila pembandingannya dengan yang tidak mau bersedekah sama sekali. Bayangkan, andaipun kita tidak ikhlas namun yang kita berikan nantinya bisa membuat orang senang, digunakannya untuk menghidupi keluarganya digunakan de el el untuk yang baik-baik.. nah...lebih baik kan? 

Daripada yang ndebatin ikhlas tapi akhir-akhirnnya juga tidak dilakuin-dilakuin juga. Tentulah yang paling-paling penting dengan bertahap semoga suatu saat keikhlasan ada pada diri kita walaupun sebenarnya memang hanya Tuhanlah yang tahu masalah keihklasan. Aaaamiiiiin

Nah lho malah bahas ikhlas...macam sudah faham saja!!.

Maaf...habisnya agak berkaitan.
Begitu juga dengan sebuah nasehat entah dalam bentuk apapun (saya sarankan lewat tulisan saja ya). Kalau kita menunggu kita jadi orang bener dahulu, bijaksana dulu, apalagi nunggu sempurna dulu sampai tidak ada salahnya... “Sungguh di dunia ini tak ada lagi orang yang layak memberi nasehat”
Ya jelas..mana ada?

Berikanlah nasehat bahkan ketika kita sendiri sebenarnya belum sampai ke level yang kita jelaskan. Memang mungkin bakal timbul sedikit kontra. Tapi yaaa sekali-kali balas reaksinya dengan emang gue pikirin. Janganlah terus-terusan bersuudzon dengan berfikir orang akan meng”omong tok”kan kita. 

Ada saatnya dan ada baiknya kita tambah terus dengan nutrisi husnudzon bahwa apa yang kita berikan (nasehat) semoga nantinya akan bermanfaat, memotivasi, dan siapa tahu semoga menyelesaikan masalah untuk orang banyak,  bahkan ketika saat itu kita sendiri sebenarnya juga belum bisa melaksanakan. Dan terlebih penting marilah bersama-sama untuk memulai belajar menaati dan melakukan hal-hal yang kita nasehatkan. Sekali lagi,bagian terakir ini sangat penting!
tetaplah saling menasehati walaupun sulit melakukan, sambil belajar hal yang kita nasehatkan


......................................................

Tersebutlah seorang pelajar. Dulunya kejahatan dalam proses mencari ilmu hampir selalu dia lakukan. Mencontek, ngerpek, bawa buku pas ujian, dan efek terbesarnya adalah tidak mau belajar karena dia berfikir tidak ada gunanya belajar bila nantinya pada atau tetap mencontek dsb. Semenjak dia mendapat amanah untuk mengharuskan lebih jujur mau tidak mau terpaksa melakukan. Pertama berat, karena kalau tidak belajar dijamin hancurlah nilainya. 

Selanjutnya dia mulai biasa melakukan walau kadang masih tidak PD karena keinginan untuk mencontek dan sebagainya masih terus menggodanya. Namun lama-lama akhirnya dia terbiasa melakukan. Dan subhanallahnya nilai akhirnya ketika diakumulatifkan ternyata melebihi targetnya, bahkan dia tidak mengira nilainya setinggi itu.

Rahasianya ternyata adalah sesudah dia memang berniat, kemudian mengajak dan menasehati kawan-kawannya. Ya tentu sambutan ejekan dan ketawaan kawan-kawannyalah yang didapat. Jelas, karena awalnya suka melakukan hal itu, mencontek dsb, eh tiba-tiba malah menasehati bahwa hal tersebut tidak baik. Tetapi ternyata tertawaan & ejekan itu formula manjurnya.

Ehm......
Ternyata dari ejekan dan tertawaan muncul setitik cahaya hati untuk membuktikan bahwa diapun bisa, bahwa dia tidak hanya omong tok, bahwa dia tidak bisa diremehkan (yaa,,,,walau niatnya memang baru sebatas karena amanah mengahruskannya seperti itu sih) Memang ada benarnya juga sih. Boleh seribu kali ente tonjokin ane, tapi tak akan bisa sekalipun ente remehin ane.

Sekalipun tidak bisa, tapi berkali kali jangan jangan malah bisa hehehe.
Maaf bercanda lagi. Ya....orang tidak akan suka diremehkan.Tidak percaya? Tanya seratus orang, saya yakin tidak lebih dari sepuluh orang yang mau diremehin.
Lalu apa yang dikerjakan setelah ejekan itu hadir? Ya jelas dia terpaksa dan memaksa dirinya untuk belajar. Kita doakan saja semoga dia mampu istiqomah.

Terpaksa – Biasa – Terbiasa

Walaupun belum sempurna metode itu, namun mungkin ada benarnya juga.
1.Berikanlah nasehat terbaik kita saat kita pun belum bisa melaksanakan.
2.Mulailah belajar menerapkan apa yang kita nasehatkan dalam keseharian kita.
Hal yang menurut saya ini ternyata sedikit sama dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh As Sa’di rahimahullah yang menerangkan mengenai surat Al Baqarah ayat 44 yang tadi saya tulis di atas, beliau berkata sebagaimana yang saya copy dari Jadilah Pelopor Kebaikan Sebelum Mengajak yang Lain — Muslim.Or.Id

“Ayat tersebut tidaklah menerangkan bahwa seseorang yang tidak dapat melaksanakan kebajikan, maka ia tidak boleh beramar ma’ruf atau ia tidak boleh melarang kemungkaran yang masih ia terjang. Karena jika ia tidak beramal dan tidak mengajak orang lain, maka ia tercela karena meninggalkan dua kewajiban. Ketahuilah bahwa manusia memiliki dua kewajiban, yaitu 

(1) mengajak orang lain pada kebaikan atau melarang dari kemungkaran, dan..
(2) memerintahkan diri sendiri untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Jika tidak bisa melakukan salah satunya, maka tidak boleh meninggalkan yang lainnya. Dikatakan sempurna jika sudah melaksanakan dua kewajiban tersebut (yaitu beramal dan berdakwah). 

Dan jika meninggalkan dua-duanya, maka itu menunjukkan cacat yang sempurna. Sedangkan jika mampu melaksanakan satu kewajiban, maka ia tidak berada di martabat yang utama, masih di bawahnya” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 51).

Hehehe syukurlah ada benarnya ternyata
Selalulah menasehati untuk kebaikan, namun mulailah belajar untuk menerapkan apa yang kita katakan. Jadilah murid-murid yang juga mau belajar dari nasehat kita sendiri.
Menjawab pertanyaan yang belum terjawab.  Kemudian lanjut pertanyaannya, “bagaimana bila kita tidak bisa melakukan apa yang kita nasehatkan atau tuliskan?”

Tetaplah tulis, dan saat itu juga mulailah menjadi murid atas tulisanmu sendiri.
dengan menasehati kita menjadi ikut termotivasi untuk lebih baik

..............................
30 menit kemudian
..............................

Jarang-jarang saya menulis dan tidak tahu harus memberi judul apa, mungkin karena ngebuatnya bakda shubuh, jadi ya ngantuknya ini yang buat males mikir. Padahal katanya rezeki itu banyak turunnya di pagi hari. Jangan-jangan ngantuk ini rezeki kali ya, lalu tidur pulas juga rezeki, kan banyak orang tidak bisa tidur.

Tentu lah bukan rezeki ngantuk yang dimaksud, anak kecil mah juga tahu. Tapi begitu kantuk ini terasa malah jadi bingung sendiri karena teringat pernah membuat status “tidak sehat tidur di pagi hari”. Nah lho...ya sudah tidak perlu saya ceritakan yang mana yang saya pilih, tetap melek atau Zzzzzzzz biarlah saya & Tuhan saya saja yang tahu.

Yang jelas apapun itu semua semua dan semua yang pernah tertulis, belumlah menandakan bahwa saya bisa. Saya cuma tertarik saja bagaimana cara memulainya. Ehm,,,harapannya kalau sudah saya tulis, kalian baca, lalu melihat saya tidak melakukan biar nantinya kalian yang mengingatkan, hehe. Tidak masalah kan?

Tertanam sebuah mimpi yang tumbuh menjadi janji untuk membuat sesuatu yang tertulis untuk hal baik yang selama ini sangat sulit untuk dilakukan. Sepertinya hampir mustahil sih, sepertinya juga sangat sulit.

Iya,,hampir mustahil, tapi tidak berarti tidak mungkin.             
Iya,,sangat sulit, tapi tidak berarti tidak bisa terlewati.

Nanti suatu saat tunggu saja, sambil mengingat hal yang baik yang sulit dilakukan, biarlah bertahap untuk menjadi murid yang baik dari tulisan-tulisan saya sendiri.

(daripada pusing kasih saja judulnya menjadi murid dari tulisan sendiri hehe. Selamat pagi siang ataupun malam, Selalu Semangat)



No comments:

Post a Comment

apa saran anda?