Wednesday, January 4, 2012

Kado terindah



Sore itu sang surya sudah tampak menggeliat menururunkan radiasi sinarnya, langit mulai menutupi jubah birunya dengan selendang emas kekuningan, udara sepoi-sepoi menemani burung-burung walet yang tampak bermain-main bergerombol dengan sesamanya seakan-akan ingin membuatku yang sedang duduk di kamar ini iri dengan keceriaannya. Aku kembali menghadap ke meja belajarku untuk merapikan buku yang tadi sedikit berantakan. Sembari kurapikan buku-buku kuletakkan juga sebuah piagam tidak resmi di dinding kamarku. Piagam yang kudapatkan setelah aku mengikuti kegiatan kemuslimahan rohani Islam di kampusku hingga aku dinobatkan sebagai peserta paling semangat dan banyak tersenyum di kegiatan yang selesai satu hari yang lalu.”Piagam yang aneh” gumanku pelan. “tapi menarik juga. Setidaknya mbak-mbak panitia sangat tahu cara mengekspresikan rasa menghargai, dan menghormati, dan menyayangi orang lain terutama adek-adek yuniornya, dan setidaknya aku dan temen-temen peserta menikmati kegiatan ini” jawabku kepada diri sendiri.

Setelah kamar terihat rapi, aku bergegas menyiapkan peralatan mandi karena jam dinding sudah menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh menit. “ wah aku harus segera. lima belas menit lagi pasti bakal ramai” fikirku. Baru saja aku keluar kamar seorang wanita sudah terburu-buru seakaan-akan ingin mendahuluiku.


“sory ya mbak dulu, yunior semester awal harus ngalah he,e,e,” kata mbak riska kepadaku.

“nggak mau” sahutku sambil berlari ke kamar mandi, teapi aku kaget begitu sampai kamar mandi. Ternyata sudah ada peralatan madi yang nampang.

“kan sudah kubilang mbak duluan he,e,e,” kata mbak riska lagi yang ternyata sudah menaruh peralatan mandi duluan.

Dasar mbak riska, pasti aku selalu kalah kalau masalah memperebutkan kamar mandi. Senior tiga tahun diatasku ini memang cukup disiplin, bahkan untuk masalah mandi dan makan. Selalu tepat dengan jam yang telah dibuatnya. Kadang aku ingin mandi lama-lama biar mbak riska sekali-sekali tidak tepat pada jamnya. Tapi setelah kufikir-fikir aku jadi tidak tega. Siapa yang tega untuk sekedar mengganggu akhwat anggun dan baik hati ini.

“iya deh, hari ini aku kalah, tapi tidak untuk besok” kataku

“Kita lihat saja” balasnya

“ya,,kita lihat saja” aku tidak mau kalah

“he.e.e.e.e. ok deh adekku sayang, biar kamu seneng, nanti habis aku mandi kutempel kertas di kamar mandi dan kutulis HABIS RISKA, RARA SI CENTIL YANG MANDI!!! biar gak ada yang mendahuluimu lagi he.e.e” candanya bersamaan ditutup kamar mandi.

Aku tersenyum mendengar jawaban orang yang menganggapku sudah seperti adeknya sendiri, mbak riska memang orang yang sangat hebat. Orang yang sangat menghargai. Orang yang menyayangi . orang yang selalu membuatku tersenyum, bahkan aku yakin piagam aneh yang barusan kuterima juga usulan darinya yang kebetulan menjabat sebagai ketua panitia.

Aku berjalan gontai ke kamar, terpaksa aku duduk lagi di kursi untuk menunggunya selesai mandi. Sambil menunggu kubuka buku harian yang sudah satu tahun ini kutulis. Tertempel foto aku dan adek perempuanku yang masih kelas enam SD di halaman depan. Di Foto yang membuatku sadar betapa aku harus senantiasa tersenyum. Betapa aku harus menghargai orang-orang yang menyayangiku dan menyukuri betapa indah sebenarnya kehidupan yang kudapatkan. Kubuka lembaran kedua yang tertulis beberapa kalimat.

13.05.2010 : Rencana jalan-jalan sama temen-temen besok gagal gara-gara disuruh ibu menemani si bawel di rumah. Ibu sih malah pergi keluar kota,ayah ikut pula, masa di hari ulang tahunku yang harusnya aku seneng-seneng sama teman-temanku malah disuruh di rumah dan nemenin les. Sama si bawel lagi!! Kesel ;( . Aku besok harus cari cara agar besok dapat tetap pergi jalan-jalan. Harus bisa. Nggak peduli akibatnyaaaaaaaaa..!

.........................................................................................

“Kakak, maaf ya besok harus menemani selvi dan gak jadi jalan-jalan sama temen-temen kakak”

“iya..!” jawabku singkat dan masih kesal.

“ehm,,,,kalau kakak mau, besok nggak perlu nemenin selvi seharian, aku berani kok kak. Lagian kakak besok ulang tahun, pasti bakal seneng kalau sama teman-temannya, nanti aku tak yang bilang ke ibu”

Aku terdiam, tetapi didalam hatiku seakan-akan melonjak gembira. Aku senang bukan main dengan perkataan adekku barusan. Aku tak perlu mencari cara untuk kabur. Bahkan adekku nanti yang akan bilang ke kedua orang tuaku.

“beneran nih??”

“iya kak, gak apa-apa, tapi kakak ada waktu sebentar gak buat selvi besok?” pinta adekku

“ada, tapi jam setengah tiga sore ya, setelah aku bersih-bersih rumah dan sebelum aku keluar dan gak lama, gimana?” kataku mengabulkan permintaan adekku. itung-itung biar adekku seneng. Yah apapun itu setidaknya dia sudah memudahkan rencanak besok.

“ehm,,,,ya sudahlah kalau kakak bisanya jam segitu, nanti habis les selvi tak buru-buru pulang. Ada yang mau ku kasihkan ke kakak” balasnya

“apa?”

“tunggu besok ya kak kejutannya. Aku yakin itu kado terindah yang pernah kakak dapat he.e.e” jawabnya sambil menutup pintu kamarku.

Besok siangnya walaupun ibuku ngomel gara-gara adekku membolehkanku jalan sama temen-temenku daripada menemani di rumah, tapi akhirnya aku dibolehkan juga untuk keluar dengan catatan tidak boleh sampai malam. Karena adekku memang takut dengan kegelapan. Aku mengiyakan saja, lagian acaraku juga cuma sampai jam lima sore, tidak lebih. Setelah kedua orang tuaku keluar, segera kuhubungi teman-temanku untuk menjemputku jam setengah empat ba’da ashar. Karena jam tiga aku janji dengan adekku. Janji formalitas untuk menyenangkannya.”Paling dia mau kasih kado untukku, paling-paling terisi boneka kesukaanku atau jilbab dengan warna hijau yang sudah lama kuinginkan” kataku dalam hati

Setelah kuhubungi teman-temanku aku langsng membersihkan rumah. Pekerjaan yang setiap hari harus kulakukan. Kata ibuku biar nanti waktu kuliah sudah tidak kaget kalau menata dan membersihkan kamar. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul dua siang. Artinya setengah jam lagi adekku pulang. Aku segera menuju ke kamar adekku. Tempat terakhir yang selalu kubersihkan. Aku sengaja membersihkan yang terakhir karena biasanya kamarnya lah yang paling berantakan. Tapia aku terkejut ketika melihat kamar adekku. Kamarnya begitu bersih dan tertata rapi. Baru kali ini aku melihat kamar nya seperti ini. Kulihat catatan kecil di mejanya dan kubuka lembar demi lembar yang ternyata berisi tulisan-tulisan tentang keluarga kami. Di lembar pertama ada sebuah tulisan yang membuatku tersenyum sendiri “aku sayang ibu. Ibu membelikanku akuarium dan ikan kesukaanku. Terima kasih ya”. Lalu kubuka lembar kedua yang ternyata tentang ayahku “pagi ini ayah mau mengajakku dan kakak untuk pergi ke gramedia mencari buku. Aku mau beli buku bahasa inggris bergambar” aku tersenyum lagi. Aku tidak menyangka adekku ternyata suka menulis. Kubuka lembar demi lembar sampai lembar terakhir yang sepertinya baru ditulis

“kak rara, selamat ulang tahun ya. Aku besok mau kasih kakakku tercinta kado. ehm,,,, kado apa ya? Pokok harus kado istimewa biar kakakku senantiasa ingat kado dariku ^_^”

Aku terharu membaca tulisannya. Di atas tulisan itu ternyata tertempel foto aku berdua dengaanya. Foto ketika bersepeda bersama. ” Ah....aku tiba-tiba jadi rindu tiba-tiba dengan si bawel itu, sepertinya begitu jahat aku selama ini,, kapan ya dia pulang dari les??”

kulihat jam sudah menunjuk di angka tiga lebih seperempat. “sudah setengah jam lebih kenapa dia belum pulang” aku mulai khawatir. Akhirnya kuputuskan untuk menjemput di tempat lesnya. Tapi baru saja aku mau membuka pintu rumah tiba-tiba ada yang mengetuk agak keras dan terkesan terburu-buru. Segera kubukakkan pintu, yang ternyata pak teguh tetanggak. Dengan wajah panik beliau mengabarkanku kabar yang membuat jantung seakan-akan ingin lepas.

“ada apa pak?”

“selvi,, selvi,,selvi kecelakaan. Sekarang sedang dibawa menuju RSUD. Mbak rara harus segera kesana!!.” Jawab Bapak Teguh mengagetkanku.

Aku kontan langsung mengikuti beliau yang ternyata sudah menyiapkan motor dan helmnya. Dalam perjalanan aku menangis. Aku sangat takut terjadi hal-hal yang tidak kuinginkan.

“Mbak tidak perlu khawatir, kedua orang tua mbak sudah ada yang menghubungi” kata bapak teguh sedikit melegakanku. Setibanya aku di rumah sakit, aku langsung berlari ke arah kedua orang tuaku sambil menangis. Melihatku berlari ke arahnya, kedua orang tuaku lantas segera memelukku. Cukup lama mereka memelukku. Disana juga sudah ada istri bapak teguh yang juga terlihat habis menangis. Aku langsung meminta maaf kepada kedua orang tuaku, terutama ibuku karena tidak bisa menjaga adek satu-satunya.

“sudah tidak apa-apa, mari kita berdoa semoga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan” kata ibu menghiburku

Setelah itu ibu ani, istri dari bapak teguh bercerita kronologi kecelakaan yang menimpa selvi. “saat itu selvi terlihat terburu-buru pulang seperti ada sesuatu yang mengejarnya. Dan ketika menyabrang jalan tiba-tiba ada mobil dengan kecepatan tinggi yang langsung menabraknya hingga selvi terjatuh dan terguling. Ntah karena takut atau apa si pemilik mobil langsung meninggalkan selvi begitu saja. Saya yang kebetulan melihat langsung menuju ke tempat selvi kecelakaan dan menggendongnya untuk membawa ke RSUD ini. Saya mohon maaf ibu tidak sempat melihat nomor mobil yang menabraknya. Syukur alhamdulillah ketika sampai rumah sakit ini langsung ada dokter yang menanganinya” Cerita ibu ani singkat sambil terisak.

“sudah ibu, tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf. Justru kami yang sangat terima kasih ibu telah membaawa putri kaami sampai ke RSUD, juga menghubungi kami dan menjemput rara. Sungguh kami sangat berterima kasih. Mari kita tunggu dokter yang merawatnya. Semoga memang tidak terjadi hal yang tidak diharapkan” jawab ayahku

Satu jam kami menunggu akhirnya orang yang kami nanti-nanti datang juga. Dokter keluar dari ruang RSUD dan menuju ke arah kami. Sambil memegang bahu ayahku sang dokter mengabarkan kabar yang membuat dunia seakan-akan menjadi sesak dan gelap

“bapak ardi, ibu ardi, mohon maaf kami tidak bisa menolong putri bapak dan ibu. Nyawa putri bapak tidak tertolong karena pendarahan yang sangat hebat. Maaf ya bapak. Yang sabar, dan tabah. Karena sesatu yang bernyawa pasti akan mati. Yang tabah ya bapak, Tuhan pasti mempunyai rencana lain di balik musibah ini” kata dokter sambil memegang erat bahu ayahku. Ayahku hanya terdiam sambil menunduk. Terlihat linangan di mata ayahku. aku yang sedari tadi berdiri seakan-akan tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter dan tiba-tiba. Badanku terasa berat, aku merasa ada pisa yang menusuk hatiku, aku sakit, dan tidak sampai lima menit aku berdiri akhirnya aku pingsan dan terjerembab di lantai.

.......

Empat hari sudah musibah yang menyebabkan adekku meninggal. Keluarga kami tampak sepi tidak seperti biasa, tidak ada kebawelan-kebawelan dari adekku lagi, tidak ada lagi tangis manja, tidak ada lagi yang mengotori lantai dapur setiap di bersihkan. “ah,,, aku jadi kangen. Memang benar, kadang kita menghargai sesuatu ketika sudah kehilangan, kita baru akan tau indahnya pertemuan setelah adanya perpisahan” gumanku.

Ayah dan ibuku sudah tampak siap untuk kembali beraktivitas seperti hari-hari biasa, kedua orang tuaku sudah berangkat untuk bekerja. Mereka mencoba melupakan kesedihan dari musibah. Aku masih tampak sedih dengan musibah itu. aku sudah bilang kepada kedua orang tuaku dan sekolahku untuk sementara izin dulu dari sekolah untuk sementara. Dan tampaknya mereka bisa mengerti. Dalam kesepian yang kurasakan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu depan. Setelah kubuka ternyata yang berkunjung adalah Ibu Yanti, guru les adekku. Kupersilahkan beliau untuk duduk dan kubuatkan minuman ala kadarnya. Lama kami terdiam sampai akhirnya ibu yanti membuka pembicaraan.

“saya ikut berduka atas meninggalnya dek selvi” kata ibu yanti.

“iya ibu, terimakasih”jawabku singkat

“kedatangan ibu kemari sebenarnya selain ikut berduka cita, dan memohon maaf juga ingin menyampaikan amanat dari dek selvi untuk mbak rara yang belum tersampaikan.”

Aku terkejut mendengar ucapan beliau, karena penasaran, akhirnya aku bertanya. “apa itu ibu?”

Sebelum terjadi kecelakaan sebenarnya dek selvi meminta agar les untuk hari itu ditunda dan diganti dengan acara ulang tahun. Ulang tahun untuk mbak rara. Selvi ingin berterima kasih selama ini mbak rara sudah bersedia mengantarkan les dan mengajari belajar sehingga nilai-nilai di sekolahnya menjadi naik.bahkan sampai dipuji gurunya. Selvi juga ingin meminta maaf selama ini sudah sering membuat mbak rara sering marah karena kebawelannya dan dek selvi ingin berubah dan tidak lagi mengecewakan kakaknya. Dek selvi crita semuanya. Dek selvi ingin menjemput mbak rara agar ibu dapat memberikan ucapan kepada mbak. Sebenernya ibu tidak setuju karena perjalanan dari tempat les sampai kesini cukup jauh. Kawatir ada apa-apa. Ibu sudah menawarkan untuk mengantar bahkan memaksa. Tapi del selvi tidak mau, dia ingin sendirian menjemput kakaknya agar surprize. Waktu itu dek selvi meminta sambil merengek-rengek sehingga buat ibu tidak tega dan akhirnya mengabulkannya. Coba seandainya waktu itu permintaan tidak ibu kabulkan pasti peristiwa ini tidak akan terjadi. Ibu benar-benar meminta maaf.

Aku menjadi sangat merasa bersalah mendengar cerita beliau. Mungkin waktu itu Selvi terburu-buru karena memang dulu aku bejanji bersedia bersamanya cuma setengah jam dari jam setengah tiga, dan karena terburu-buru itulah akhirnya dia tidakterlalu memperhatikan jalan seperti yang dikatakan ibu ani. Aku sangat menyesalinya. Mengapa dulu aku sangat tega kepadanya.

Aku tahan air mataku. Aku tidak ingin terlihat menangis walaupun mataku sudah terlihat berkaca-kaca dan dada terasa sesak. Aku baru sadar ternyata sungguh berhati emas orang yang selama sering membuatku kesal.

Ibu yanti menghentikan ceritanya beitu melihat mataku berkaca-kaca. Aku yang tersadar segera menghapus air mataku dan berkata. “ibu tidak perlu meminta maaf, ini sudah suratan takdir. Lanjutkan ceritanya ibu. Tidak apa-apa” pintaku.

Setteah melihatku sebentar beliau melanjutkan critanya. “Dek selvi ingin ibu memberikan kado dan surat ini buat mbak rara.” Kata beliau sambil mengeluarkan sebungkus kado kotak yang berada di dalam tas yang sedari tadi dibawanya. “Ibu tidak tahu apa isi kado dan surat ini karena dek selvi ingin cuma kakaknya yang membukanya” lanjutnya

Setelah kado aku terima, ibu yanti izin untuk pulang. Setelah memelkku akupun mempersilahkan beliau dan mengantarkan sampai depan rumah. Pintu kembali kututup. Dengan tangan bergetar kubuka isi kado tersebut yang ternyata hanya sebuah kado yang kosong. Tidak terisi apa-apa.

Dengan penuh keheranan kubuka amplop berwarna hijau kesukaanku dan didalam amplop itu ternyata berisi beberapa kertas yang tertata rapi. Kertas-kertas hasil ujian di sekolah dengan nilai-nilai yang membuatku hampir tidak percaya. Rata-rata diatas sebilan puluh untuk pelajaran yang menurutku tidak mungkin adekku bisa mengerjakannya. Dari seluruh kertas yang terbungkus amplop ternyata ada satu kertas yang terisi tulisan seperti sebuah surat. Kubuka surat itu dan kubaca.

Assalamualaikum
Kakakku rara yang kucintai....selamat ulang tahun ya kak. Di umur kakak yang ke 18 semoga apa yang dicita-citakan kakak dikabulkan oleh Allah. Semoga kakak juga semakin cita sama Allah, sama ayah, sama ibu, dan adekmu yang bawel ini.

Kakakku rara yang kusayangi...ini kak, nilai-nilaiku. Selvi sekarang pintar ya kak. Enggak pernah dapat nilai enam. Ini berkat kakak yang selalu mengajari belajar dan mengantar les. Aku jadi bisa matematika dan bahasa inggris. Dan juga maaf selama ini balasan selvi malah sering nakal dan bawe sama kakakl. Selvi pengen berubah kak, Selvi ingin jadi adek yang disayang kakak.tidak buat kakak kesel terus.
Kakakku rara yang selalu kurindu.... ini ada kado buat kakak, aku isi dengan 100 ciuman kak. Aku ingin kakak tersenyum. Seperti dulu, cantik lho. Selvi sudah jarang melihatnya. Selvi sering lihat kakak cemberut. Selvi takut nanti kakak meninggalkanku pasti gak pernah lagi tersenyum, karena kakak sekarang sibuk sama teman-teman kakak. Selvi takut kakak tidak mau main sama selvi, gembira, tertawa tersenyum seperti dulu. Kado ini khusus untuk kakak, cuma untuk kakak, tersenyum ya kak, dan ingat terus kado spesial dari selvi. Nanti kalau ciuman habis tak tambah lagi kak he,e,,e

Aku selalu ingin seperti kak rara yang cantik setiap kali tersenyum.
Ini dulu kak surat dari selvi, disimpan ya kak kadonya. Karena selvi sayang kakak
Adekmu yang imut. selvi,,,Wassalamualaikum

Aku sudah tidak bisa menahan air mataku, aku menangis, menagis sedih dan terharu. ”Duhai adekku, kamu telah menepati janjimu. Kamu telah memberiku kado yang terindah dalam hidupku. Aku tidak akan melupakan kado ini. Akan kusimpan adekku sampai kapan pun. Sampai aku menyusulmu nanti. Dan seratus ciumanmu ini sudah sangat cukup buatku. Tenanglah kamu disana. Aku akan ganti menunaikan permintaanmu untuk senantiasa terseyum dalam kehidupanku, aku berjanji!. Terima kasih kamu telah membuka hatiku” 

..........................................................................


“hay... malah melamun!!!!” kata mbak riska mengagetkanku.

Segera kuusap air mataku. Ternyata aku meneteskan air mata ketika mengingat kisah satu tahun yang lalu. “i..i..iya mbak” jawabku tergagap sambil menutup catatan diaryku.

“kamu menangis ya.. kenapa? Tanya mbak riska menghampiriku dan ikut mengusap air mataku.

“nggak mbak, nggak apa-apa Cuma teringat adekku saja. Sudah setahun ini kami berpisah dan aku tidak menyangka foto di cacatan ini merupakan foto terakhir aku dan Selvi” jawabku.

“Yang sabar ya adekku sayang, yang tabah. Yang lalu biarlah berlalu dan jadikan sebuah pelajaran. Dan yang terpenting sekarang kamu harus sering mendoakan adekmu. Dan kamu tidak boleh terlarut dalam kesedihan, kan sudah ada mbak yang juga menyayangimu. Lagian kamu sudah pernah berkata bakal berjanji untuk senantiasa tersenyum dalam kehidupanmu kan?. Jangan sedih lah ya. Masa baru dapat piagam peserta paling semangat dan paling banyak tersenyum sekarang malah sedih lagi he,e,e” hibur Mbak Riska seakan-akan tahu akan kesedihanku.

“Iya mbak makasih” jawabku sendu sambil memeluk wanita yang juga kusayangi ini.

“eh,,,kecutnya!! Sana-sana mandi. Bau tau!! Tuh udah tak tempel tulisan besar-besar biar nggak ada yang mendahuluimu He,e! Ayo mandi..ntar habis itu kuajak jalan-jalan sambil menunggu adzan magrib,”kata mbak riska sambil menjauh dariku. tentu hanya sekedar candaan.

“ah mbak jahat.. ya dah aku tak mandi biar cantik, biar kecantikanku kalahin mbak he,e,” jawabku sambil membawa peralatan mandi. Sebelum aku keluar dari kamarku kutulis lagi sebuah catatan di diary ku pada halaman ke tiga ratus enam puluh satu.

13.05.2011 : Setahun sudah kamu meningallkanku dek, dan akan tetap beusaha menepati janjimu untuk menjaga senyumanku dalam mengarungi langkah-langkah di kehidupanku sebagaimana kujaga suratmu dan kado terindah yang berisi seratus ciuman darimu ^_^”

No comments:

Post a Comment

apa saran anda?